Minggu, 21 April 2013

Bukan puisi


Semu = Palsu?

Bila semua perhatian itu dianggap semu
Apalah arti mengerti dan memahamimu
Bila semua perhatian itu dianggap palsu
Apalah makna membimbingmu mencari kesejatian diri
Bila semu terkata karena raga belum menyatu
Apalah arti ketulusan yang tak terlihat olehku
Bila palsu terkata karena belum lagi bersama
Apalah arti sahabat yang tak selalu bersamamu
Bilakah semu dan palsu menyatu dalam bisu? 
Aku semakin tak tau arti dirimu untukku....
Atau biarkan Dia yang memberikan jawaban terbaiknya untukku...
untuk kita...


#BukanPuisi :)

Selasa, 02 April 2013

Merindukan PuncakMu...

Menuju puncak gunung selalu menjadi kerinduan di saat kejenuhan melanda. Mendaki adalah salah satu sarana tafakur alam, refreshing yang menyegarkan sekaligus menenangkan jiwa dan fikiran. Namun, dengan berbagai jadwal dan kesibukan tentu tidak begitu mudah untuk membayar kerinduan itu. Hanya memandang foto-foto puncak gunung yang berhasil diambil saat pendakian yang telah lalu atau membaca situs-situs tentang gunung sedikit bisa mengobati kerinduan itu. 
Pun, dengan hari ini ketika keinginan untuk melepaskan kepenatan datang muncul keinginan untuk menjelajah alam di bawah ke-Mahaan-Mu yang luas. Namun sedikit terobati setelah menemukan beberapa bait puisi dari pendaki sekaligus aktivis mahasiswa di era 60-an Soe Hok Gie tentang keindahan, keabadian, keberanian atas perjalanan kehidupan yang dijalani di lembah Mandalawangi - Pangrango. Dan berikut inilah puisinya:

MANDALAWANGI – PANGRANGO
Senja ini, ketika matahari turun kedalam jurang2mu
aku datang kembali
kedalam ribaanmu, dalam sepimu dan dalam dinginmu

walaupun setiap orang berbicara tentang manfaat dan guna
aku bicara padamu tentang cinta dan keindahan
dan aku terima kau dalam keberadaanmu
seperti kau terima daku

aku cinta padamu, Pangrango yang dingin dan sepi
sungaimu adalah nyanyian keabadian tentang tiada
hutanmu adalah misteri segala
cintamu dan cintaku adalah kebisuan semesta


malam itu ketika dingin dan kebisuan menyelimuti Mandalawangi Kau datang kembali
Dan bicara padaku tentang kehampaan semua


“hidup adalah soal keberanian, menghadapi yang tanda tanya “tanpa kita mengerti, tanpa kita bisa menawar
‘terimalah dan hadapilah


dan antara ransel2 kosong dan api unggun yang membara
aku terima ini semua
melampaui batas2 hutanmu, melampaui batas2 jurangmu


aku cinta padamu Pangrango
karena aku cinta pada keberanian hidup


Soe Hok Gie, 19-7-1966